Kilasinformasi.com, 19 Maret 2025 – Kementerian Agama Republik Indonesia akan menggelar sidang isbat untuk menentukan awal bulan Syawal 1446 Hijriah pada tanggal 29 Maret 2025, yang bertepatan dengan 29 Ramadan. Sidang isbat ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan tahunan untuk memastikan penetapan tanggal awal Syawal, yang menjadi hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam di Indonesia.
Sidang Isbat dan Penggunaan Metode Hisab serta Rukyat
Dalam rapat persiapan yang dipimpin oleh Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama, Abu Rokhmad, ia menegaskan bahwa sidang isbat pada 29 Maret akan menggabungkan dua metode utama dalam penentuan awal Syawal, yaitu hisab (perhitungan astronomi) dan rukyat (pemanduan hilal). Proses ini sesuai dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengatur penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah menggunakan kedua metode tersebut, yang berlaku secara nasional.
Baca Juga, Kilasinformasi : Kemenag Targetkan Peningkatan 10% Zakat Nasional 2025
Abu Rokhmad menjelaskan bahwa berdasarkan perhitungan astronomi, ijtimak atau konjungsi akan terjadi pada 29 Maret 2025 pada pukul 17.57.58 WIB. Dari data ini, diketahui bahwa posisi hilal pada saat terbenam matahari pada hari tersebut berada di sekitar minus tiga derajat di Papua dan minus satu derajat di Aceh. Dengan data astronomi ini, proses rukyat atau pemantauan hilal di lapangan akan dilakukan untuk memastikan posisi bulan baru yang menjadi penanda awal Syawal.
Dimensi Keagamaan dan Pengetahuan dalam Proses Rukyat
Abu Rokhmad menambahkan bahwa ada dua dimensi penting dalam proses rukyat ini. Pertama, dimensi ta’abbudi, yaitu dimensi ibadah yang mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW yang sudah dilakukan sejak zaman dahulu sebagai cara untuk mengawali atau mengakhiri puasa. Kedua, dimensi pengetahuan, yaitu penggunaan rukyat sebagai konfirmasi atas data-data astronomi yang telah dihitung sebelumnya. “Rukyat merupakan bagian dari syiar Islam dan proses verifikasi ilmiah untuk memastikan data yang telah dihitung,” tambahnya.
Proses rukyat untuk penetapan awal Syawal 1446 H akan dilakukan di 33 titik di seluruh Indonesia. Setiap provinsi, kecuali Bali, akan memiliki satu titik rukyatul hilal untuk memastikan posisi hilal. Bali tidak akan menjadi lokasi rukyat karena bertepatan dengan perayaan Hari Raya Nyepi yang membutuhkan penghormatan terhadap suasana keheningan di pulau tersebut.
Seminar dan Sidang Isbat
Sebelum sidang isbat dimulai, Kemenag juga akan menggelar seminar bertema “Posisi Hilal Awal Syawal 1446 H”, yang akan dilaksanakan pada pukul 16.30 WIB hingga menjelang maghrib. Seminar ini akan menghadirkan berbagai ahli falak, duta besar negara sahabat, serta perwakilan dari lembaga terkait seperti LAPAN, BMKG, BRIN, dan Planetarium Bosscha. Seminar ini bertujuan untuk memberikan informasi terkait posisi hilal berdasarkan data astronomi yang diperoleh.
Baca Juga, Kilasinformasi : Kemenag Gelar Ramadan Global Camp di UIN Malang: Bahas Kurikulum Cinta dengan Mahasiswa dari Berbagai Benua
Setelah seminar, sidang isbat akan dimulai pada sekitar pukul 18.45 WIB. Sidang isbat ini akan berlangsung secara tertutup dan hanya dihadiri oleh pihak terkait, seperti pejabat Kemenag dan ormas-ormas Islam. Hasil dari sidang isbat ini akan diumumkan kepada publik melalui konferensi pers oleh Menteri Agama, Nasaruddin Umar.
Pentingnya Sidang Isbat dalam Penetapan Awal Syawal
Sidang isbat ini sangat penting bagi umat Islam di Indonesia karena menjadi dasar penentuan tanggal Idul Fitri. Melalui sidang ini, masyarakat dapat mengetahui dengan pasti kapan mereka akan merayakan hari raya, yang selalu dinanti setelah menjalani sebulan penuh puasa di bulan Ramadan.
Dengan menggabungkan metode hisab dan rukyat, Kementerian Agama memastikan bahwa proses penetapan awal Syawal berlangsung secara akurat dan sesuai dengan ajaran Islam. Semoga sidang isbat ini berjalan lancar dan memberikan hasil yang bermanfaat bagi umat Islam di Indonesia.
Sumber : kemenag
Katalis Info – AKtual,Informatif,Terpercaya Aktual,Informatif.Terpercaya