Uji publik Kurikulum Berbasis Cinta di madrasah mendapat tanggapan positif dari 20.134 responden, dengan saran untuk penyederhanaan panduan dan implementasi yang lebih praktis. foto : Kemenag

Uji Publik Panduan Kurikulum Berbasis Cinta

Kilasinformasi.com, 16 Maret 2025, – Penyelenggaraan uji publik panduan implementasi Kurikulum Berbasis Cinta yang dilakukan oleh Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Kemenag, berhasil menarik perhatian lebih dari 20.000 peserta. Kegiatan ini menjadi salah satu langkah penting dalam memastikan bahwa kurikulum baru yang dirancang untuk madrasah dapat diterima dan diimplementasikan dengan baik di berbagai jenjang pendidikan.

Partisipasi Beragam dari Berbagai Unsur Pendidikan

Menurut Nyayu Khodijah, Direktur KSKK Madrasah, jumlah peserta yang mencapai 20.134 orang terdiri dari berbagai kalangan yang terlibat langsung dalam dunia pendidikan madrasah. Mereka berasal dari guru, kepala madrasah, serta para tenaga kependidikan lainnya, termasuk bendahara dan penjaga madrasah. Tak hanya itu, uji publik ini juga melibatkan pejabat struktural di Kementerian Agama serta kepala seksi pendidikan madrasah, yang turut memberikan masukan tentang aspek administratif dan operasional kurikulum.

Baca Juga, Kilasinformasi : Kurikulum Berbasis Cinta: Menciptakan Insan Humanis

Dengan begitu banyaknya perspektif yang dilibatkan, uji publik ini tidak hanya berfokus pada penilaian pedagogis (pengajaran), tetapi juga memperhatikan aspek manajerial dan teknis yang akan memengaruhi kelancaran penerapan kurikulum di madrasah. Nyayu Khodijah menegaskan bahwa keberagaman ini sangat berharga untuk menyempurnakan panduan yang ada.

Apresiasi dan Saran Konstruktif dari Responden

Berdasarkan hasil uji publik, secara keseluruhan, banyak responden yang memberikan apresiasi terhadap kualitas panduan ini. Mereka merasa bahwa panduan tersebut sudah tersusun dengan baik dan mampu menjelaskan konsep Kurikulum Berbasis Cinta secara jelas. Salah satu responden menyatakan, “Sudah tersusun dan dijelaskan secara baik, semoga dapat bermanfaat.” Hal ini menunjukkan bahwa panduan tersebut sudah memenuhi harapan sebagian besar pengguna, terutama dalam hal struktur dan penyampaian isi yang mudah dipahami.

Selain itu, panduan ini juga mendapat respons positif karena dianggap sangat relevan dengan kebutuhan pendidikan di madrasah. Banyak yang berpendapat bahwa pendekatan dalam Kurikulum Berbasis Cinta sesuai dengan tujuan utama pendidikan di madrasah, yaitu membentuk karakter dan nilai-nilai moral siswa. Sebagaimana diungkapkan oleh seorang responden, “Setuju karena menawarkan pendekatan yang relevan dengan kebutuhan pendidikan di madrasah.”

Namun, meski banyak respons positif, beberapa saran juga muncul untuk memperbaiki panduan ini lebih lanjut. Salah satu masukan yang sering terdengar adalah terkait dengan kejelasan dan kemudahan pemahaman panduan. Beberapa peserta merasa bahwa ada bagian-bagian dalam panduan yang masih cukup sulit dipahami, sehingga mereka berharap agar panduan tersebut dapat disederhanakan. Hal ini penting untuk memastikan bahwa setiap elemen pendidikan, mulai dari guru hingga tenaga kependidikan lainnya, dapat mengakses informasi ini dengan mudah.

Tantangan dalam Implementasi: Beban bagi Tenaga Pendidik

Selain saran terkait penyederhanaan bahasa, terdapat juga kekhawatiran terkait implementasi kurikulum yang berpotensi membebani para pendidik. Salah seorang responden menambahkan, “Buatlah kurikulum yang tidak menyulitkan tenaga pendidik.” Ini menunjukkan pentingnya mempersiapkan kurikulum yang tidak hanya efektif dari segi konten, tetapi juga dapat diadaptasi dengan mudah oleh guru, tanpa menambah beban kerja mereka. Proses transisi menuju kurikulum baru harus mempertimbangkan kesiapan guru dalam menerapkan metode pengajaran yang sesuai.

Baca Juga, Kilasinformasi : PKUB Kemenag Rancang Kurikulum Berbasis Cinta untuk Memperkuat Kerukunan Umat Beragama

Kurikulum Berbasis Cinta: Pendekatan, Bukan Mata Pelajaran Baru

Selain itu, ada pula kekhawatiran terkait pemahaman yang keliru bahwa Kurikulum Berbasis Cinta bisa dipandang sebagai mata pelajaran baru yang terpisah dari kurikulum lainnya. Beberapa responden menegaskan, “Kurikulum Berbasis Cinta tidak diperkenalkan sebagai mata pelajaran baru.” Hal ini penting untuk ditegaskan kembali dalam panduan agar tidak terjadi kebingungannya, mengingat Kurikulum Berbasis Cinta lebih merupakan sebuah pendekatan dalam pembelajaran, bukan mata pelajaran yang berdiri sendiri.

Langkah Selanjutnya untuk Penyempurnaan Panduan

Hasil dari uji publik ini memberikan sejumlah masukan yang berguna untuk penyempurnaan panduan Kurikulum Berbasis Cinta. Di antaranya, perlu adanya penyederhanaan bahasa dan penyusunan yang lebih rapi agar mudah dipahami, serta penegasan bahwa kurikulum ini adalah pendekatan pendidikan, bukan mata pelajaran baru. Tak kalah penting adalah memastikan bahwa implementasi kurikulum tidak menjadi beban bagi para tenaga pendidik.

Dengan perbaikan tersebut, diharapkan panduan ini akan lebih efektif dalam membantu madrasah dalam menerapkan Kurikulum Berbasis Cinta secara optimal, menciptakan pendidikan yang mengedepankan kasih sayang dan pembentukan karakter siswa yang lebih baik.

Sumber : Kementrian Agama

About KatalisInfo

Check Also

HUT ke-14 NasDem Sleman, Surana Dorong Generasi Muda Mandiri dan Aktif Bangun Daerah

Katalisinfo.com, Sleman – Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai NasDem Sleman memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) …