Wali Kota Semarang Agustina menggagas Musrenbang Pariwisata untuk kembangkan desa wisata secara partisipatif. Fokus pada potensi Goa Kreo dan pelibatan Pokdarwis.
Kilasinformasi.com, 14 April 2025, — Dalam upaya memperkuat fondasi pariwisata berbasis partisipasi masyarakat, Wali Kota Semarang Agustina melemparkan ide segar: Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) khusus sektor pariwisata. Gagasan ini disampaikan saat dirinya menghadiri acara budaya tahunan Sesaji Rewanda di Goa Kreo, Gunungpati.
Menurut Agustina, pengembangan pariwisata, terutama desa wisata, tak bisa lagi bersifat top-down. Perlu ada forum kerja khusus yang melibatkan kepala desa wisata dan para pelaku Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) sebagai garda depan pembangunan wisata lokal.
“Kalau ada Musrenbang untuk pembangunan fisik, kenapa tidak ada untuk pariwisata? Kita perlu rapat kerja yang menyatukan semua elemen, agar event pariwisata di Semarang terencana secara kolaboratif dan berkelanjutan,” ujar Agustina di sela-sela acara.
Baca Juga, Kilasinformasi: Gerak Cepat Pemkot Semarang: Perbaikan Jalan Kota Terdampak Genangan, Semua Pengguna Jalan Bisa Bernapas Lega!
Ia menggarisbawahi bahwa Kota Semarang punya potensi wisata luar biasa, salah satunya Goa Kreo—destinasi alam dan sejarah yang selama ini belum tergarap maksimal. Bagi Agustina, Goa Kreo adalah “permata yang terpendam” yang bisa bersinar jika dikelola dengan pendekatan kreatif dan inklusif.
Amphitheater yang sudah berdiri di kawasan Goa Kreo disebutnya sebagai potensi besar untuk mendukung kegiatan seni dan budaya. Namun, ia tak menutup mata bahwa infrastruktur penunjang masih harus ditingkatkan. Karena itu, Dinas Pekerjaan Umum dan Disperkim diminta segera memperbaiki akses jalan serta memperbesar jembatan menuju kawasan wisata tersebut.
“Ampitheater sebagus apapun tidak akan berdampak jika akses masuknya belum memadai. Seniman butuh fasilitas pendukung, penonton juga harus merasa nyaman untuk datang,” tegasnya.
Baca Juga, Kilasinformasi: Pemkot Semarang Siapkan Ribuan Sandbag untuk Cegah Banjir di Wilayah Kritis
Lebih dari sekadar infrastruktur, Agustina juga menyoroti pentingnya merawat makna dan nilai budaya dalam setiap event pariwisata. Acara Sesaji Rewanda disebutnya sebagai simbol harmonisasi manusia dan alam, serta pengingat bahwa pelestarian budaya dan lingkungan harus berjalan beriringan.
“Sesaji Rewanda bukan hanya tontonan budaya, tapi refleksi spiritual dan sosial. Ini bentuk syukur dan kesadaran bahwa manusia hidup berdampingan dengan seluruh ciptaan Tuhan,” tutur Agustina dengan penuh makna.
Untuk tahun-tahun mendatang, Pemkot Semarang merencanakan pengemasan ulang acara ini agar lebih atraktif, tanpa kehilangan substansi kulturalnya. Lebih banyak kelompok masyarakat akan dilibatkan, mulai dari pelaku Pokdarwis, seniman lokal, hingga warga sekitar.
Rencana Musrenbang Pariwisata ini menjadi langkah awal transformasi pariwisata Semarang yang lebih partisipatif dan berbasis komunitas. Di tengah persaingan destinasi wisata yang semakin ketat, pendekatan kolaboratif seperti ini menjadi kunci agar Semarang tak hanya jadi kota industri dan pendidikan, tapi juga kota tujuan wisata yang berkesan. (28)
Katalis Info – AKtual,Informatif,Terpercaya Aktual,Informatif.Terpercaya